ada sebuah cerita yang baru saja saya baca dan ini sangat berkesan buat saya sebetulnya saya tujukan juga buat tetangga gerobak ...(entah dia baca atau ga)...dan untuk temans semua yang ingin memulai usaha........terutama di bidang kuliner...
cerita seorang mbok bubur, yang tinggal di yogyakarta...tau kan bubur di jawa seperti apa?? beda dengan di jawa barat ...disana cuma bubur yang dikasih kuah sayur tahu berwarna kuning...dulu sering gw beli di purworedjo...sebelah rumah eyang depan rumah penyanyi Desi Arisandi..kalo ga salah..... apa yang dilakukan Mbok Bubur, adalah setiap hari dia akan memberikan buburnya kepada para tetangga.... Hal ini semacam kearifan kampung Yogya untuk menjaga ketahanan pangan penduduk kampunyng. sekaligus sebuah pemaknaan, bahwa konsumen yang memberikan materi belum tentu lebih berarti dibanding dengan yang memberikan benefit relationship sebagai tetangga...... PAHAM...sampai disini temans???
kalau dipandang dari sudut pangan ekonomi pemasaran modern, Mbok Bubur ini jelas salah, karena tidak mendidik tetangganya buat mandiri.
Dalam konsep branding, ini jelas tidak membangun loyalitas konsumen. karena konsumen tidak diberi tantangan untuk mendapatkan buburnya. tanpa tantangan, maka tidak akan ada sense of belongings. Nah dalam konsep normal tersebut, tentu ujung-ujungnya usaha Mbok Bubur akan bangkrut....
tetapi itu tidak pernah terjadi dalam kehidupan Mbok Bubur.....karena ia memberikan pemaknaan lebih terhadap arti sebuah benefit. Pemberi benefit itu bukan sekedar materi dalam jangka pendek, tapi justru benefit non fisik yang bersifat jangka panjang. bila menurut Robert Kiyosaki menyebutnya sebagai "permintaan terhadap alam untuk memberikan hasil balik yang lebih besar" kalau dalam islam, bersedekah lah sebanyak mungkin karena Allah akan memberikan ganti berlipat-lipat.
Sudah saatnya untuk meninggalkan teori usang "memberi sesedikit mungkin, untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya" tetapi "bila mau mendapatkan hasil yang banyak, ya harus dengan pemberian yang banyak"
yang bisa gw ambil dari cerita itu dan betul memang gw sudah lakukan adalah : ketika pertama kali membuat usaha kuliner...sering kali saya denger temen bilang :
1. kalau tidak habis nanti basi dan kita rugi -- please temans, ketika kita memulai usaha yang paling susah adalah branding bahwa kita punya produk yang bagus, enak dan tidak seketika semua orang akan membeli. mungkin dari 20 produk yang akan laku hanya 10 dan sisa yang 10 kenapa kita mesti galau..berikan saja kepada tetangga atau orang yang lewat hitung-hitung bersedekah dan juga promosi...... Bahkan terkadang hitungan kita sebagai manusia seringkali keliru dengan hitungan Allah...let me says...saya dah bungkus hari ini 60 nasi, ternyata pihak pengelola lupa memberi kabar bahwa hari ini tidak diijinkan berjualan. bayangkan 60 X 7000 = 420.000 rb omzet hari itu berkurang...dan hilang..karena kealpaan pengelola memberi kabar. apa saya mesti stress??? sebagai manusia ya adalah rasa kok sampai bisa sih pemberitahuan lewat...tapi secara hukum Allah...pasti ada rencana...akhirnya nasi itu terjun bebas....kami keliling jakarta dibagikan...dan menjadi rebutan di beberapa tempat. apa yang saya pikirkan...oh ternyata mungkin mereka ditakdirkan sarapan pagi ini dari nasi kuning kami... Dan saya bersama suami ga pernah lagi merasa hal ini menjadi beban.....hari ini kami tidak mendapat untung, tapi kami mendapat hal lain...kebahagian secara spiritual dan pembelajaraan untuk menjadi sabar.......it is more than anything temans....
2. benefit relationship - kami ga pernah merasa tetangga gerobak sebagai saingan...bahkan kami berpikir untuk bisa berbagi..contoh kami tidak menyediakan minuman selain teh hangat dan air putih, kebutuhan minuman kemasan akan kami ambil dari tetangga......meskipun kadang hal seperti ini juga tidak membuat mereka bisa menerima kami sebagai pendatang baru.....tetapi itulah hidup teman.....memang memerlukan waktu untuk menjadi paham satu sama lain......
3. buat tetangga gerobak ... ndak usahlah berpikir sempit...mencari pembenaran untuk apa yang kita inginkan...semua sudah ada jalannya..rejeki itu tidak akan kemana. dan satu hal tidak perlu mengintimidasi, menghasut yang hanya akan membuat malu diri sendiri. berusaha saja karena hasil Allah yang menentukan...bukankah semua hidup sudah ditentukan oleh sang pencipta....
*disadur dari majalah Marketing.....
No comments:
Post a Comment